Mungkin, ga banyak orang yang
tau apa itu sebenarnya lilin. Sekedar alat penerang dikala listrik padam dan
mematikannya ketika listrik kembali menyala.
Lilin, biasa saja, ga spesial,
‘apa bagusnya?’ Mungkin beberapa orang menganggap demikian.
Tapi ternyata lilin mengandung
banyak arti, arti yang ga mungkin terlihat kalo dilihatnya cuma sekilas. Bentuk
lilin sekarang memang udah banyak, tapi kebanyakan lilin bentuknya tabung
dengan sumbu diujungnya.
Kenapa lilin spesial?
Ketika terang, ramai akan
cahaya. Semuanya menjadi mudah terlihat, mencari sesuatu yang kecil pun masih
memungkinkan. Tapi saat gelap? Melihat pun sulit, terasa sesak, terasa tak ada
yang bisa dijangkau mata.
Lihat lilin, ketika gelap, dia
rela dirinya dibakar agar sumbunya menyala, yang jika sumbu itu menyala
menyebabkan dirinya habis meleleh tak ada sisa. Dia rela seperti itu hanya
untuk menerangi tempat yang gelap dan membantu manusia itu melihat
sekelilingnya dengan jelas.
Membakar habis dirinya sendiri
hanya untuk manusia itu bisa melihat di tempat yang gelap. Bahkan dia tetap
bisa berdiri dengan bekas lelehan tubuhnya, walaupun sumbunya semakin habis. Sampai
habis, total.
Menyadari lilin bukanlah hal
yang sungguh sepele, tapi bermakna.
Bagaimana hidup menjadi
terang? Membakar diri, menghabiskan diri, untuk terang itu tetap menyala dan
dinikmati orang lain. Menerangi tempat gelap, dimana segala sesuatunya tidak
terlihat.
Itulah yang harusnya
dilakukan! Memang sakit ketika dibakar, tapi proses pembakaran itu yang unik. Karena
ketika dibakar dan badan lilin itu meleleh, saat itulah proses pembentukkan
terjadi. Tapi ketika terang itu mati dan tidak terjadi proses pembakaran, badan
lilin itu akan keras dan sulit dibentuk.
Menyadari hal ini semalam,
Ibadah Natal PMK di Untirta 2013
Komentar
Posting Komentar